Welcome!

Welcome!

Jumat, 08 Februari 2013

Tentang Mimpi yang Sederhana...


Bermimpi.Setiap manusia pasti mempunyai mimpi. Namun, tidak setiap orang memiliki anggapan yang sama tentang mimpi.
Dan kali ini, saya akan bercerita tentang mimpi yang sederhana saja....

Pernah bermimpi? Pasti.
Dimana? Jangan jawab "dalam tidurku", karena ketika kalian membuka mata pun, kalian juga bisa bermimpi.
Siapa yang kau mimpikan? Sebagian besar tentang diriku sendiri, tentang orang-orang yang tersayang, dan tentang diriku di masa depan... benar?!
Bagaimana kau memimpikannya? Tentu saja. Saya memimpikan semua hal, mulai dari yang mungkin terjadi, hingga 'sangat' tidak mungkin terjadi di alam nyata.

Kemarin, saya mendapatkan sebuah kesempatan emas. Emas tidak boleh diabaikan begitu saja, kan?
Diantara jadwal program kerja KKN yang padat, saya berkesempatan--entah untuk keberapa kalinya--mengunjungi SDN Alangamba 02, salah satu Sekolah Dasar di desa lokasi KKN.Dan pada kesempatan emas itu,saya bertemu dengan 'anak emas' bangsa ini.

Mereka memang belum dewasa.Mengikat tali sepatunya sendiri saja pun belum bisa.Apalagi jika harus mengikat hidup mereka dengan orang lain...#eh
Mereka hanya anak-anak yang polos. Dan berhasil membuat saya merasa malu terhadap diri sendiri karena kepolosan mereka.

Ketika saya panggil beberapa dari mereka untuk maju ke depan kelas, mulanya, tak ada satu pun tangan yang terangkat keatas. Semuanya diam, dan menundukkan kepala mereka. Malu.
Dan saya coba memanggil mereka untuk kedua kalinya dengan bahasa yang lebih halus.Berhasil, tiga telapak tangan terlihat dari kejauhan. Mereka pun maju ke depan kelas dengan malu-malu.

"Siapa namamu?", tanya saya kepada salah satu dari mereka.
Ada keheningan selama beberapa detik sebelum akhirnya suara kecil itu terdengar."Ta-sya...."
"Huh? Siapa???", hampir tak terdengar karena sepertinya gadis kecil itu berbicara untuk dirinya sendiri.
"Tasya, kakak..."
Dan saya pun manggut-manggut.Gadis kecil itu saya rangkul dari belakang, ia benar-benar gugup.
"Tasya kelas berapa?"
"Emm.... Kelas dua..."
Aih! Suaranya benar-benar lembut!
"Tasya, kalo udah besar mau jadi apa? Cita-cita Tasya jadi apa???"
"Pe-penyanyi, kak..."
"Wah,penyanyi?! Tasya pinter nyanyi dong, berarti???"
Gadis kecil itu menggelengkan kepalanya beberapa kali. "Nggak...."
"Terus, kenapa Tasya kepingin jadi penyanyi?", oke.Pertanyaan ini agak maksa.
"Karena Tasya pengin, kak..."
Dan saya pun tersenyum tipis. Setipis promosi produk yang dibintangi Revalina S. Temat.



Lalu, saya segera beralih kepada seorang anak laki-laki yang berdiri disamping Tasya. #ecieeee
"Siapa namamu?"
"Jaler!", sahutnya dengan lantang dan penuh semangat.
"Jalal???"
"J-A-L-E-R !", teriaknya dengan jarak tiga puluh senti dari lubang telinga saya.
"Oke, Jaler. Kamu mau jadi apa kalo udah besar besok?"
"Dokter!"
"Kenapa pengin jadi dokter???"
"Dokter!"
Oke, saya mengalah. Sepertinya hampir tidak ada alasan untuk cita-cita Jaler.Haha..

Dan saya segera beralih kepada peserta terakhir yang berdiri sambil memandangi kedua ibu jari kakinya yang tertutup sepatu.
"Halo,siapa namamu???"
"..........."
Sekilas,saya berpikir jika suara saya terlalu pelan. Maka,saya tinggikan sedikit volume suara saya.
"Halooooo, siapa namamu? Kelas berapa???"
"..........."
Oke, ia memang sediam itu..tetapi, kemudian ia berbisik, "Hanif..."
-___- ya, dan dia laki-laki,man~
"Cita-citamu apa, hanif??"
"Dok-tel...."
Ahay, kemana perginya huruf "R" itu???
"Kenapa mau jadi dokter???"
"Emmmmm.....",ia bergumam sambil menatap langit-langit kelas yang sedikit bolong."Nggak tau!"
"Nggak tau? Coba,coba... Kenapa Hanif kepingin jadi dokter?"
Dan Hanif pun geleng-geleng. Oke,lebih baik kau tusuk aku dengan cintamu~ #nyanyi oke, lebih baik saya mundur dan menjauh dari Hanif yang timid. Daripada bikin nangis anak orang, kan?

Ya, hanya dari tiga bocah polos itu, jawaban yang diberikan tiga anak SD itu,saya menyadari betapa sederhananya mimpi kita dulu...
Coba ingat masa-masa TK atau SD kita...Setiap ditanya apa cita-cita kita, pasti jawabannya: Dokter! Polisi! Guru! Pilot! Pramugari! Tentara! dan terakhir,Presiden!

Seingat saya, tidak pernah ada anak yang menjawab "Mahasiswa!", "Sekretaris!", "Mandor!", atau mimpi-mimpi lainnya, seperti hidup yang saat ini kita jalani, misalnya. Jujur, saya pun tidak pernah menjawab dengan jawaban "Mahasiswa!","Lulus cum laude!",."Anak SMA!", atau jawaban lain sejenisnya...


Melihat mereka yang mengartikan mimpi secara sederhana, kembali membuat saya berpikir.Mengapa selama ini kita harus memimpikan sesuatu yang rasional? Sesuatu yang jelas-jelas bisa kita dapatkan? Mengapa tidak sesekali mencoba memimpikan hal yang aneh-aneh? Hal yang sebenarnya sederhana, namun sebenarnya juga, itu adalah hal yang tidak mungkin menjadi milik kita?

Bung, mimpi itu sederhana...

Mimpi itu tidak harus selalu dibandingkan dengan keadaan kita sekarang...
Ya, saya memang calon akuntan *amin*, tapi sampai sekarang, saya masih belum berhenti bermimpi untuk menjadi seorang psikolog....Hal yang bersimpangan, bukan? Bahkan sepertinya, sulit diraih karena bidang dasarnya 100% berbeda.

Tetapi, bermimpi itu asyik,kok!
Bermimpi itu menyenangkan!
Hidup akan terasa 'flat' tanpa mimpi yang aneh-aneh.. :p

Ayo, mulai sekarang, jangan takut bermimpi!
Walaupun itu sederhana dan hampir tidak mungkin, tetapi itu menyenangkan, kok!

Susun mimpi-mimpimu, dan buatlah tangga ataupun jembatan layang untuk menggapainya....
^^

Salam semangat,
-chillychazy-

Jangan pernah berhenti bermimpi, kawan!



Tidak ada komentar:

Posting Komentar